NAMA : MONALISA
OKTAVIA
KELAS : 4EB20
NPM : 24210516
Tugas 2 Softskill
LINGKUNGAN BISNIS YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA
Setiap bisnis
memiliki satu tujuan yang sama, yaitu dapat tumbuh berkembang dan
menghasilkan keuntungan.Untuk melakukan itu, kinerja dan perilaku semua
karyawan di perusahaan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
kesuksesan perusahaan.Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh
faktor eksternal di luar bisnis.Pemilik usaha perlu menyadari faktor-faktor dan
untuk melihat perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal masalah,
diantaranya yaitu :
a. Budaya
Organisasi
Budaya organisasi
mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan
otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. Budaya perusahaan dapat
memberikan dampak positif yaitu dapat membantu karyawan menjadi lebih produktif
dan bahagia. Namun budaya perusahaan juga dapat memberikan dampak negatif,
yaitu dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian atau
vandalisme.
b. Ekonomi
Lokal
Melihat seorang
karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika
pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih
bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat
yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas
tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang
lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam beberapa karyawan,
bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi faktor pendorong
untuk melakukan yang lebih baik.
c. Reputasi
Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi karyawan
tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat
mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya
dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah
kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar
masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan
perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.
d. Persaingan
di Industri
Tingkat daya saing
dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan karyawan,
terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam
lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok
dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak
pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak
masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka
menyisihkan untuk mengejar uang.
KESALINGTERGANTUNGAN ANTARA
BISNIS DAN MASYARAKAT
Kesalingtergantungan
bekerja didasarkan pada relasi kesetaraan, egalitarianisme. Manusia
bekerjasama, bergotong-royong dengan sesamanya memegang prinsip
kesetaraan. Tidak akan tercipta sebuah gotong-royong jika manusia terlalu
percaya kepada keunggulan diri dibanding yang lain, entah itu keunggulan ras,
agama, suku, ekonomi dsb...
Dalam masyarakat
yang semakin maju, organisasi harus dikelola secara efektif dan efisien. Pada
dasarnya, organisasi yang mengelola interaksi masyarakat dibagi menjadi
organisasi profit dan nonprofit. Organisasi nonprofit lebih berorientasi
pada tujuan nilai sosial dengan lebih menekankan kegiatan pelayanan pada
kelompok masyarakat. Sedangkan organisasi profit lebih menekankan pada tujuan
mendapatkan keuntungan.
Bisnis merupakan
aktivitas yang meliputi pertukaran baarang, jasa, atau uang yang dilakukan oleh
2 pihak atau lebih dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau
keuntungan. Dengan demikian, dalam kegiatan bisnis tercipta suatu
hubungan sosial yang saling ketergantungan. Dalam perkembangan selanjutnya
bisnis tidak hanya menjaga tingkat keuntungan tertentu melainkan juga
berkepentingan untuk menjaga kelangsungan hidup sumber daya alam dan lingkungan
sosial.
Lingkungan bisnis
memiliki ketergantungan yang kuat dengan fenomena kehidupan ekonomi anggota
masyarakat yang lainnya, karena itulah bisniis mempunyai kepentingan untuk
mengelola pihak-pihak yang berasal dari latar belakang. Perusahaan tidak hanya
berhubungan dengan masyarakat melalui berbagai kebijakan, pada tingkat tertentu
perusahaan juga berhubungan dengan masyarakat melalui aktivitas-aktivitas yang
secara tidak langsung berhubungan dengan tindakan-tindakan untuk mencapai
tujuan dan misi.
KEPEDULIAAN PELAKU BISNIS
TERHADAP ETIKA
Korupsi, kolusi,
dan nepotisme yang semakin meluas di masyarakat yang sebelumnya
hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas sampai ke daerah-daerah, yang
merupakan bentuk moral hazard di kalangan elit politik dan elit birokrasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat kita telah terjadi
krisis moral dengan menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik
tujuan individu memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk
eksistensi keberlanjutan kelompok. Dalam kaitan dengan etika
bisnis,sering kali terdapat perbedaan cara pengimplementasian bisnis oleh
setiap pelaku usaha itu sendiri. Beberapa pelaku usaha memang sudah ada yang
mampu menerapkan etika bisnis tersebut. Namun, karena pemahaman dari
masing-masing pelaku usaha mengenai etika bisnis berbeda-beda selama ini, maka
implementasinyapun berbeda pula, Keberadaan etika dan moral pada diri seseorang
atau sekelompok orang sangat tergantung pada kualitas sistem kemasyarakatan
yang melingkupinya. Walaupun seseorang atau sekelompok orang dapat mencoba
mengendalikan kualitas etika dan moral mereka, tetapi sebagai sebuah variabel
yang sangat rentan terhadap pengaruh kualitas sistem kemasyarakatan,
kualitas etika dan moral seseorang atau sekelompok orang
sewaktu-waktu dapat berubah. Akibatnya para pebisnis di Indonesia tidak
dapat lagi membedakan antara batas wilayah etika dan moral dengan
wilayah hukum. Wilayah etika dan moral adalah sebuah wilayah
pertanggungjawaban pribadi. Sedangkan wilayah hukum adalah wilayah benar dan
salah yang harus dipertanggungjawabkan di depan pengadilan. Akan tetapi memang
itulah kesalahan kedua dalam memahami masalah etika dan moral di Indonesia.
Pencampuradukan antara wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum seringkali
menyebabkan kebanyakan orang Indonesia tidak bisa membedakan antara
perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan kaidah-kaidah etik
dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori perbuatan melanggar hukum. Sepert
korupsi, penggelapan pajak, pencemaran lingkungan, dan pelanggaran hak asasi
manusia.
PERKEMBANGAN DALAM ETIKA
BISNIS
Berikut perkembangan etika bisnis menurut
Bertens (2000):
1. Situasi
Dahulu
Pada awal sejarah
filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa
Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan).
Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu
dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and
Society.
Topik yang paling sering dibahas adalah
corporate social responsibility.
1.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf
mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan
etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
2.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat,
etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian.
Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis
yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
3.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi
pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah
didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE)
pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
ETIKA BISNIS DAN AKUNTANSI
Etika dalam
berbisnis yaitu peraturan-peraturan yang ada saat kita melakukan transaksi atau
melakukan suatu perbisnisan. Contohnya saat kita melakukan bisnis ada beberapa
peraturan yang harus kita lakukan,diantaranya :
·
Cara pelaku bisnis yang mampu
mengendalikan diri untuk tidak melakukan curang.
·
Pengembangan tanggung jawab social
yaitu pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi yang dapat dikembangkan dan dimanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya
·
Mempertahankan Jati diri, dengan
meningkatkan kepedulian terhadap informasi dan teknologi yang ada.
·
Menciptakan persaingan yang sehat
·
Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
·
Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi
·
Mampu menyatakan yang benar itu
benar
·
Menumbuhkan sikap saling percaya
antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah.
·
Konsekuen dan konsisten dengan
aturan main yang telah disepakati bersama
·
Menumbuhkembangkan kesadaran dan
rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
·
Perlu adanya sebagian etika bisnis
yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan
perundang-undangan. Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika
bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
OPINI: Menurut pendapat saya sepanjang
sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika.
Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri.
Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong
merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun
demikian bila menyimak etika bisnis seperti dikaji dan dipraktekan sekarang,
tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat
perhatian yang besar dan intensif.
Sumber:
·
Gugup
Kismono., Bisnis Pengantar, Cet 1, BPFE-Yogyakarta, 2001
·
http://nielam-tugas.blogspot.com/2012/10/bab-ii-perilaku-etika-dalam-bisn.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar